Cara seseorang berbicara mencerminkan bagaimana ia berpikir dan merasakan dunia di sekitarnya. Kata sifat—seperti “menyenangkan”, “menjijikkan”, “menarik”, “menyebalkan”—tidak hanya menggambarkan objek atau pengalaman, tetapi juga menunjukkan sikap batin terhadap apa yang ia hadapi. Ketika seseorang sering menggunakan kata sifat negatif, bisa jadi itu menandakan sikap yang sinis, pesimis, atau penuh penilaian. Sebaliknya, seseorang yang sering memakai kata sifat positif mungkin menunjukkan kehangatan, keterbukaan, atau rasa syukur.
Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga jendela ke dalam struktur emosional dan moral seseorang. Mark Twain, melalui pernyataan ini, menyiratkan bahwa karakter tidak selalu terlihat dari tindakan besar—tetapi bisa dibaca dari kebiasaan kecil dalam berbahasa. Kata sifat yang berulang bukan kebetulan; ia adalah jejak dari kepribadian.
Maka, memperhatikan bagaimana seseorang menggambarkan dunia bisa memberi petunjuk tentang bagaimana ia menghadapinya. Dan lebih penting lagi: jika kita ingin membentuk karakter yang sehat, salah satu jalannya adalah mulai dari membentuk cara kita memilih kata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar