Senin, 17 Agustus 2015

Cara Cepat Naik Pangkat


Semua orang menginginkan perubahan dalam hidup. Salah satu indikator dari perubahan tersebut adalah kenaikan status. Dalam strata organisasi stays sering kali disebut sebagai pangkat. Maka kenaikan pengkat menjadi impian semua orang dalam segala bidang. Dokter umum ingin naik pangkat menjadi spesialis. Karyawan ingin naik pangkat menjadi mandor. Pedagang asongan ingin naik pangkat menjadi pedagang yang mangkal di toko. Prajurit ingin jadi perwira. Bupati atau wali kota ingin jadi gubernur. Guru honorer juga ingin diangkat menjadi pegawai tetap.
Ada yang berhasil naik pangkat secara alami. Dan banyak juga yang naik pangkat secara instant. Tapi mayoritas berada di tempat yang sama dalam kurun waktu lama. Dalam bahasa anak SD pasundan dikenal ungkapan 'ngendog', atau tidka naik kelas. Mengapa ada yang naik pangkat secara cepat ada yang lambat. Segalanya tentu tergantung dari ikhtiar masing-masing. Hasil ada karena kita berusaha. Dan kualitas hasil merupakan cerminan dari kualitas usaha.
Sebagaimana saya ceritakan sebelumnya tentang seorang guru PNS yang berpuluh tahun mengabdi dan hanya mentok di golongan III a, padahal rekannya yang lebih junior bisa menembus III d. Tentu ada yang salah. Biasanya mental pecundang menyalahkan orang lain ketika tidka mendapatkan sesuatu. Tidak naik pangkat menyalahkan atasna yang pilih kasih. Tidak dapat penghasilan lebih menyalahkan system yang tidka berpihak. Tidak ada perubahan dalam dirinya menyalahkan takdir. Maaf, takdir itu tidak pernah salah.
Naik pangkat dengan cepat tentu ada rumusannya. Dan ini sudah bukan barang baru. Bukan sesuatu yang tersembunyi dalam kitab kuno yang harus diteliti kemudian dipahami dan disimpulkan. Naik pangkat itu gampang. Bahkan lebih gampang dari naik pohon kelapa. Kenapa? karena semua orang berani naik pangkat tapi tidak semua orang berani naik pohon kelapa. Saya contohnya. Sampai sekarang belum sekalipun memanjat pohon kelapa. Kalau memanjat yang lain sering. he
Bagaimana bisa orang naik pankat segera padahal temannya susahnya luar biasa. Coba perhatikan hirarki dalam TNI atau Polri. Seorang tamtama harus menunggu tahunan menjadi bintara. Dia harus mengumpulkan poin per poin yang diakumulasikan dari kinerja dan pengabdian kepada satuan.  Tapi tanpa harus menunggu lama ada sekelompok Tamtama yang cepat naik ke Bintara kemudian Bintara Tinggi, Perwira Pertama, Perwira Menengah sampai Perwira Tinggi. Mengapa bisa? jawabannya karena mereka sekolah.
Seorang PNS dengan golongan II d bisa melejit dua tingkat setelah menamatkan S1. Kalau dia melanjutkan kuliah ke jenjang master maka perkiraan pada saat pensiun dia akan berada di golongan IV a. Bukan main. Golongan IV a dalam struktur pegawai negeri sudah masuk ke pembina.
Sekolah adalah jalur cepat untuk kenaikan pangkat. Siapa saja yang ingin naik kedudukannya maka dia harus sekolah. Oh, sekolah. Mungkin ada yang berseru demikian. Kemudian ditambahkan, kalau tidak punya biaya bagaimana? Sekolah perlu biaya. Apalagi harus nerusin S2. Bisa-bisa dapur tidak ngebul gara-gara harus bayar semesteran.
Mari kita kaji inti sekolah. Orang bersekolah selain karena ijazah pasti karena ilmu. Sekolah itu nama lain dari tempat mencari ilmu. Kalau sekolah salah satu tempat mencari ilmu, berarti masih ada tempat lain yang menyajikan ilmu. Tempat lain itu bisa kursus non-formal, seminar atau bahkan perpustakaan. Maka kalau dilevelkan dari yang mahal sampai yang murah, perpustakanan bis menjadi alternatif paling memungkinkan. Bagaiman bisa naik pangkat melalui perpustakaan? mudah sangat mudah.
Masih ingat kan inti naik pangkat? kita ingin ada perubahan dari segi kedudukan juga keuangan. Seorang guru honorer di sebuah sekolah swasta mendapatkan berkah setelah masuk perpustakaan. Di perpustakaan dia membaca sebuah buku tentang pentingnya memaksimalkan waktu. Dari situ dia mendapat pencerahan bahwa hidup harus dipenuhi dengan kerja nyata yang berguna. Kerja yang nyata dan berguna dapat direalisasikan dalam bentuk karya. Maka dia mulai berpikir tentang dirinya. Kemampuan yang dia miliki. Kemudian berpikir lingkungannya. Manfaat yang bisa dia berikan kepada lingkungan. Akhirnya dia memutuskan untuk membuat diktat. Sebuah buku sederhana untuk pegangan siswa. Buku tersebut sanagt menolong siswa dalam memahami pelajaran dan juga menolong dia dalam segi finansial.
Dan secara langsung tanpa rekayasa dia mendapat kenaikan pangkat; pertambahan nilai juga finansial. Dengan menulis diktat murid bertambah menghormati juga disegani karena telah terbukti bisa berkarya. Dengan diktat itu pula dia mendapatkan tambahan penghasilan. So! perpustakaan juga bisa menjadi sarana naik pangkat.
Masih mau bukti lain? silahkan baca buku Hanya 2 Menit Anda Bisa Tahu Potensi Rezeki anda. dalam buku tersebut Ippho santosa menceritakanpengalaman pribadinya. Penulis best seller sekaligus pembicara seminar dan juga pengusaha tersebut pernah ngirit makan. Aturan makan tiga kali sehari menjadi dua kali. Jatah satu kali makan dia kumpulkan. Setelah terkumpul, uangnya dia belikan buku. Bagi dia buku adalah penunjang kenaikan pangkat. Maka karena buku dia bisa eksis.
Bagaimana dengan pengusaha, apakah perlu sekolah agar bisa naik pangkat? perlu bahkan sangat perlu. Silahkan baca buku Anak Singkong. Chairul Tanjung, pengusaha ternama Indonesia yang memiliki Transcorp, Bank Mega juga saham Carfefour harus menyisihkan waktu untuk belajar manajemen. Dia yang lulusan kedokteran gigi Universitas Indonesia, merasa harus meneruskan S2. Dan pilihannya adalah sebuah sekolah manajemen ternama di jakarta. Berkat sekolah Chairul makin maju.
So, masih tidak mau sekolah? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar