RAHASIA ISTIQOMAH DALAM RIYADHOH
Menyadari akan bentuk kegelisahan yg senantiasa menghujam bukanlah sesuatu hal baru dialami insan lemah. Hidup manusia tidak akan terlepas dari susah, senang, gelisah, galau, takut, hina, kecewa, sombong, dendam, iri dan lain sebagainya. Menyadari realitas hidup demikian, menjalani riyadah hakikatnya untuk mengais ketenangan jiwa. Mengeliminasi segala bentuk pemikiran negatif yg menyesatkan jalan hidup.
Umat di era millenial memang rentan dgn gelisah dan penyakit hati lainnya. Kegiatan yg sangat padat telah menggiring pemikiran yg skeptis kendati otaknya cerdas. Pemanfaatan waktu telah menjajah mindset seseorang ke lembah impian yg tidak berkesudahan. Hasrat yg menggebu dalam menggapai segala impian materi tentang hidup yg wajib lebih baik dari sebelumnya.
Sikap hubbud dunya manusia sekarang telah menjauhkan mereka kepada Sang Pencipta. Menghanguskan beragam akhlak mulia yg semestinya masih melekat di dinding hati. Mereka terus dikejar waktu. Mereka seakan ingin mengalahkan waktu, tapi justru dirinya yg ditenggelamkan waktu sampai begitu dalam.
Hidup terburu2 dan instan. Kans untuk berlama2 dgn keluarga begitu sempit, apalagi dgn tetangga. Lebih2 kepada Tuhan yang menciptakan kita. Sementara kita setiap hari bergelimang dgn dosa. Dan kita tidak memanfaatkan waktu itu sebaik mungkin. Kita alpa akan rumus hidup yg indah, bahwa hidup harus seimbang: Ibadah, kerja, dan istirahat. Seperti pola makan, supaya tubuh sehat maka butuh keseimbangan agar tidak mudah diteror dgn penyakit.
Arti Riyadhah
Pengertian riyadah menurut bahasa adalah olahraga, latihan. Sedangkan menurut istilah, riyadah adalah latihan penyempurnaan diri secara terus menerus melalui zikir dan pendekatan diri kepada Sang Khalik. Dalam kajian tasawuf, riyadah diartikan sebagai olah jiwa, yakni dgn menjalankan ibadah dan menundukkan keinginan nafsu syahwat.
Dalam Al-Quran surah Al-Maidah: 35, Allah berfirman: “Hai orang2 yg beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yg mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”
Jadi riyadhah merupakan sebuah proses yg mau tidak mau harus manusia jalani sebagai balancing sistem dari perkara hidup. Problema hidup tidak akan sirna dalam diri seseorang. Siklus kehidupan manusia saban hari akan terus mengalir, senantiasa berubah setiap waktu berlalu.
Manfaat Riyadhah
Pola hidup yg tidak seimbang menatalkan beragam kegelisahan yg menyeruak dari dasar hati. Jika sindrom ini dibiarkan terus berlarut2, ujungnya akan berbuah frustrasi dan penyakit rohani. Hal ini adalah rumus sederhana dalam kehidupan di alam semesta. Semua orang tahu, bahwa menjalankan riyadah besar faedahnya. Tapi berapa banyak orang yg bisa mempraktekkan riyadah.
Solusi terbaik dalam memberangus kegelisahan rohani adalah dgn jalan riyadah. Sebab dgn jalan riyadah orang tidak akan tenggelam pada kesedihan begitu dalam jika ia tertimpa musibah. Sebaliknya ia tidak akan terbahak2 kalau dirinya mengalami kebahagiaan. Yang ada hanya sujud syukur dalam setiap mendapatkan pemberian-Nya; baik senang maupun susah.
Salah satu rahasia orang sukses adalah mempunyai sikap istiqomah. Karena orang yg mempunyai sikap istiqomah selalu konsisten dalam suatu tindakan atau perbuatan untuk mencapai tujuan atau hajat. Jadi bila ingin sukses dan berhasil dalam mencapai tujuan atau hajat harus istiqomah dalam tindakan dan perbuatan (Ikhtiar).
Untuk bersikap istiqomah memang sangat tidak mudah seperti halnya membalikkan telapak tangan. Akan banyak sekali godaan yg akan mengganggu untuk bisa istiqomah. Bila sampai tergoda maka apa yg menjadi hajat atau tujuan tidak akan tercapai.
Di dalam istiqomah pun juga harus seimbang antara ikhtiar lahir dan ikhtiar batin. Hal ini supaya diberi kemudahan dan kelancaran untuk mencapai suatu tujuan atau hajat. Karena bagaimana pun ada beberapa hal yg tidak bisa di jangkau oleh ikhtiar lahir, begitu pula sebaliknya ada beberapa hal yg tidak bisa di jangkau dgn ikhtiar batin. Dan sekali lagi keseimbangan hidup itu memang sangat penting.
Di dalam Riyadhoh, sikap istiqomah juga sangat diperhatikan, bahkan sebagai tolak ukur untuk seberapa jauh pengamal berniat sungguh2 dan mempunyai kemauan untuk mencapai tujuan dan meraih hajat yg diinginkan. Istiqomah dalam Riyadhoh Ayat Kursi tidak hanya sebatas parameter kesungguhan dan kemauan dari si pengamal semata, tetapi juga sebagai charger atau mengisi energi batin.
Energi batin seperti halnya energi yg lain yg juga bisa berkurang dan habis. Bila tubuh kekurangan energi akan menjadi lemah dan lemas. Maka harus makan dan minum untuk mengisi kembali energi tubuh. Baterai laptop atau baterai handphone (hp) bila tidak diisi ulang juga akan berkurang dan habis. Accu mobil dan sepeda motor kalau tidak di isi ulang juga akan habis. Demikian juga halnya dgn energi batin. Dan karena kekuasaan dan kebesaran Allah, energi tidak bisa diciptakan dan dimusnahkan, dan itulah hukum energi yg merupakan bagian dari hukum Allah.
Selain itu, dgn istiqomah dalam riyadhoh sebenarnya ibarat sedia payung sebelum hujan. Jika pengamal selalu istiqomah dalam riyadhoh tidak akan lama hajatnya dikabulkan oleh Allah. Karena dengan istiqomah dalam riyadhoh energi batin akan selalu terisi. Sehingga pada saat ada hajat, energi batin dalam kondisi penuh sehingga mampu untuk mengirim dan menghantarkan doa pada ‘Arasy Allah, sehingga doa bisa segera dikabulkan oleh Allah.
Hal ini berbeda dgn pengamal yg melakukan riyadhoh bila ada hajat saja. Dengan melakukan riyadhoh hanya pada saat ada hajat sama halnya seperti mengisi ulang accu atau baterai yg sudah habis, jadi perlu waktu untuk mengisinya hingga kembali penuh.
Seorang pengamal pada saat melakukan terapi dzikir sebenarnya sedang men-charger atau mengisi energi batin dgn energi Ilahiyah. Sedangkan pada saat membaca terapi doa khusus mengeluarkan atau memancarkan energi agar doa terkirim atau terhantar sampai pada ‘Arasy Allah. Jadi di dalam terapi dzikir dan terapi doa khusus ada muatan energinya. Inilah yg disebut dengan Terapi Energi Ilahiyah.
Hal ini yg tidak banyak dipahami oleh semua orang, bahwa doa yang dikabulkan sebenarnya bergantung pada kondisi energi batin seseorang. Jadi sangat bisa dipahami bila Rosul, Nabi dan Wali doanya bisa segera dikabulkan oleh Allah. Karena batinnya selalu terisi penuh oleh energi Ilahiyah.
Jadi, fungsi istiqomah dalam riyadhoh adalah untuk mengisi ulang energi batin dgn energi ilahiyah guna mengirim atau menghantarkan doa pada ‘Arasy Allah. Selain istqomah dalam riyadhoh, tuma’ninah juga memegang peranan penting untuk pengisian energi batin.
Dengan tuma’ninah dalam riyadhoh energi batin akan terisi tidak hanya penuh tetapi juga padat. Bila pengamal hanya ala kadarnya saja dalam riyadhoh, batin tetap terisi oleh energi tetapi tidak padat. Masih ada rongga dalam batin yg tidak terisi oleh energi. Sehingga doa pun lambat terkabulnya, kalau pun terkabulkan hanya separuhnya. Karena istiqomah dan tuma’ninah dalam Riyadhoh merupakan bagian dari ibadah dan perjalanan batin untuk menuju ke ‘Arasy Allah.
Jadi bila ingin meraih kesuksesan dan terkabul hajatnya harus istiqomah dan tuma’ninah dalam riyadhoh…
Semoga bermanfaat
Sumber : Copas